Minggu, 22 Maret 2015

0,1



 M
ulai detik ini, aku akan belajar untuk ‘hanya’ mengingatkan tanpa paksaan. Jadi ku harap kamu tidak perlu lagi mennghindar dan menutup diri dari ku. Aku mulai mencoba memahami bagaimana rasanya menjadi dirimu. Kamu benar! Lebih mudah berbicara daripada melakukannya, tapi bukankah kau belum tahu akan sesulit apa dirimu jika tak mencobanya? Semua akan mudah jika kamu mau mencoba.
     Kamu benar, dirimu dan aku memang berbeda, tapi bukankah alasan kita tercipta dan hidup didunia ini sama? Sama-sama berasal dari Allah Subhana wata ‘ala. Sama-sama memiliki tugas untuk beriman dan menjadi khalifah (pemimpin) berdasarkan al-qur'an dan as-sunnah. Dan aku hanya ingin mengajak mu untuk bersama-sama menjadi manusia yang diridhai Allah Subhana wata ‘ala. Kita bersama-sama berusaha menjadi hamba yang paling dirindu surga, Insya Allah.
     Kamu bilang, jika aku dan dia (pacar-mu) sama-sama berharga dan berarti dihidup mu, hanya saja nilai ku dan dia sedikit berbeda dimata mu. Kau bilang jika aku 6,0 maka dia 6,1. Bukankah itu sudah membuktikan jika aku memang kalah 1 poin darinya? Dan dia lebih unggul 1 poin dariku?, meski itu hanya berbeda ,1 . Buktinya kamu memang masih tetap bersamanya dan menjelma menjadi manusia yang tak berdaya.
     Kawan, ketika kamu bingung dalam memutuskan suatu masalah yang rumit untuk diungkapkan, dan ketika lebih banyak kata 'tapi' yang kamu ucapkan ketika aku mencoba untuk mengingatkan. Kenapa kamu tidak mencoba mengambil keputusan dengan menjadi wanita hebat seperti dulu?
     Soal rasa takut yang sering kau katakan, cobalah untuk melawannya dan katakan pada rasa takutmu, jika kau masih memiliki Allah yang lebih hebat dan menakutkan daripada rasa takut mu. Dan jika kau masih takut untuk memulai berubah, kenapa tak kau pegang tangan ku dan mengajak ku untuk melewati semua ketakutan itu?
     Percayalah, jika Allah meridhai, aku akan terus menemani mu dalam kegalauan dan keresahan mu. Jangan terus pasrah pada keadaan,sebab Allah Subhana wata ‘ala tidak akan merubah nasib suatu kaum jika mereka tidak merubahnya sendiri. Jangan menunggu Allah bertindak untuk memisahkan mu dengan kekasih haram mu. Karena sekarang yang harus kau pertanykan adalah, 'masihkah Allah mau melakukan itu untuk mu?' bagaimana jika Allah mulai tak memperdulikan mu? Siapa lagi yang bisa merubah nasib mu? Jika bukan diri mu sendiri?.
     Tidak perduli akan seperti apa hasilnya nanti, yang terpenting kau sudah berusaha, Allah lebih menykai proses daripada hasilnya, jika pun kau tak berhasil kawan.
Ketika kamu beralasan jika hati mu belum bisa melepasnya, kenapa tidak kau serahkan semuanya pada Dzat yang memberikan tiupan kasih-Nya pada mu? Yang membuat mu sampai begitu mencintai ciptaan-Nya?
     Percayalah, jika kamu mau berkorban sedikit saja untuk Allah, Allah akan memberikan mu sesuatu yang lebih berkah dan kebahagiaan yang melebihi kebahagiaan sesaat yang dibisikkan setan.
Kenapa kau selalu merasa bangga dengan kebodohan mu sendiri? Aku tak akan bisa menjamin, jika aku akan selalu mengingatkan mu ketika kau terjebak diantara rayuan setan, tak ada yang tau, sampai kapan aku masih bisa bernafas, dan mengajak mu untuk lebih mencintai Allah.
     Tak ada yang bisa menjamin jika keteguhan ku akan bertahan selamanya, akan ada saat dimana aku jenuh dan mulai tak perduli akan hidup mu. Akan ada saat dimana aku terlalu sibuk untuk sekedar memberi mu nasihat, dan yang paling ku takuti, Allah Subhana wata ‘ala akan membalikakan hati ku untuk acuh akan hidup mu.
     Sampai kapan kau akan bergantung pada manusia? Mulailah bergantung pada Allah, sebab kuasa dan kemampuan manusia terbatas. Gantungkan hidup mu pada dzat yang tak terbatas yakni Allah Subhana wata ‘ala.